07
Jun
20

Diadu


diadu

Angin panas menyapu pucuk-pucuk suket teki. Lembar daunnya bugar meski seharian dipanggang matahari. Adalah akarnya dalam wujud umbi yang memeluk erat ibu bumi. Sebagaimana bayi menyusu dada ibunya, ia menyesap semua sari pati yang alam berikan untuk mempertahankan jiwa sampai pergantian musim berikutnya.

Di atas sana, sepasang elang berputar-putar menantang kemarau demi seekor ular atau kodok yang alpa sembunyi. Sayap mereka terentang lebar, buru-buru, sebab barangkali anak-anaknya tengah menunggu di atas dahan sengon dengan wajah-wajah lapar.

Bulan ini, hujan belum sekalipun mengunjungi bumi. Sawah mengering dengan cepat menyisakan petak-petak yang retak. Seekor cacing menyusup di antara rengkahan tanah. Tubuhnya menggeliat lemah. Kami saling berpandangan dalam diam. Matanya mengucapkan permisi. Aku mengerti.  Kami pun berbagi lipatan tanah basah untuk mendinginkan diri.

Dari kejauhan, suara-suara riuh terdengar. Dibesarkan oleh alam dengan segala latar bebunyian, kami belajar membedakan bahaya. Firasatku mengatakan untuk segera pergi saja. Sayang, kami kalah cepat dengan langkah-langkah yang semakin mendekat.

Bocah-bocah berdada telanjang dengan kulit matang  mulai berdatangan. Tangan-tangan mungil mereka dengan tangkas mencongkel bongkah-bongkah tanah. Hewan-hewan penghuni sawah berlarian menyelamatkan diri. Sebagian menyusup ke balik rerumputan, sebagian melompat pergi.

Aku meringkuk di balik lipatan tanah, menajamkan telinga sembari berdoa semoga anak-anak petani tak menemukan kami berdua. Cacing di sebelahku ikut membeku. Ia sadar, dibandingkan denganku, dialah yang paling lambat bergerak jika terjadi apa-apa.

“Dapat yang gede satu woiiii…” Teriakan terdengar di dekat kami. Cacing dan aku semakin menajamkan telinga. Seandainya ia punya tangan, kami pasti sudah bergandengan menabahkan diri.

Hati-hati aku merangkak, dengan dada berdentam kuberanikan mengintip dari celah tanah. Demi Tuhan, jantungku seolah berhenti ketika sepasang manik mata coklat menatapku tajam. Dengan cepat, bongkah tanah di atasku terangkat. Cacing dan aku terperanjat, perlindungan terakhir kami telah ditelanjangi.

Cacing menggeliat pasrah sementara aku melompat jauh ke kiri. Siyal, bocah itu mengejarku, bukannya si cacing. Kupikir mereka akan menangkapnya untuk dijadikan umpan memancing, namun aku baru ingat kalau kemarau begini, kali pasti ikut mengering.

Bunga krokot berjengit ketika aku menggunakan kelopaknya untuk pijakan. Tak kupedulikan lagi sumpah serapahnya di kejauhan saat kaki si bocah menginjaknya demi mengejar pelarianku. Yang aku tahu, aku harus pergi secepat-cepatnya.

Lompat. Lompat. Lompat. Aku menyemangati diri sendiri. Sayang, malang tak dapat dihindari. Si bocah berlari lebih kencang.

HAP!

 Aku tertangkap!

Tubuhku berguncang-guncang manakala si bocah membawaku pergi. Ia memasukkanku dalam kotak persegi yang bau sabun. Tak lama, kusadari bahwa aku bukanlah satu-satunya mahluk naas di dalamnya. “Hai, Bro!” Seekor jangkrik muda ikut terbawa.

Lima orang bocah lelaki berkerumun di depan sebuah toples kaca. Dua ekor jangkrik malang tengah bertarung di dalamnya. Saling menggigit, saling menendang, ditimpali riuh ocehan mereka. Tak lama, si sayap coklat menyerah. Lelah. Sementara sayap hitam berdiri pongah.

Sayap coklat diangkat. Sayap hitam menanti. Tiba-tiba, si bocah membuka kotak sabun mengeluarkanku dengan paksa.

PLUK!

Aku ganti berada di dalam toples kaca.

“Gelut! Gelut! Geluuut!” Bocah-bocah  ingusan itu berteriak  sambil memandangi.

Si sayap hitam memandangku bengis. Aku meringis, meratapi takdir yang membawaku dalam perundungan yang bernama adu jiangkrik!

-bubyar-

Borneo, 7 Juni 2020

*) Tema: Perundungan

*) Foto dicomot dari gugel

#NAD_30HariMenulis2020

#Hari_ke_7

#NomorAbsen_259

Jumlah Kata: 486


0 Responses to “Diadu”



  1. Leave a Comment

Leave a comment


About This Blog

Blog ini adalah catatan pribadi tentang remah-remah yang berserakan dalam hidup, tentang remeh temeh yang kerap muncul pada lalu lintas hari, tentang ide dan perasaan yang melintas dalam kepala. Dan tentu saja, tentang dunia dalam sudut pandang saya...

Day by Day

June 2020
T F S S M T W
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930  

Blog Stats

  • 11,334 hits
Follow nanabrownies on Twitter

Circle Me